Pritttt
prittt….
“Hei
Evans berikan bolanya padaku” ucap Stevan.
Evans pun mengabaikan perkataan Stevan dan dia terus membawa bola. Permainan keras yang dilakukan oleh Binusvi membuat
banyak pemain Sigma Tanaka cidera dan menyulut emosi dari Evans.
“Woyy
biasa aja dong mainnya”.
Melihat kejadian tersebut wasit pun
melerainya dan memperingati mereka.
Tetapi
permainan jadi tidak terkontrol ditambah lagi dengan kalahnya Sigma Tanaka
membuat Evans terus membuat fouls, akhirnya ia pun dikenakan hukaman untuk
keluar dari lapangan.
Pritt.. Pritt tanda quarter pertama
telah usai.
“Pelatih
bagaimana ini sekarang keadaan kita sedang terpuruk ditambah lagi Evans yang
dikeluarkan oleh wasit” ujar Stevan.
“Mana
Hota? Dia satu satunya harapan dari kita, apakah dia sakit?” Tanya pelatih.
“Tadi
sedikit ada insiden ketika di kamar ganti, perkataan Evans yang tidak bisa dijaga
membuat Hota pergi” jawab Stevan.
“Kurang
ajar itu anak”.
Pelatih meminta official dan Stevan
untuk mencari Hota. Akhirnya mereka menemukan Hota yang sedang terduduk
termenung.
“Hei
Hota ayolah ke lapangan pelatih memanggilmu kawan, team ini sedang
membutuhkanmu, banyak pemain yang cidera karena ulah pemain lawan yang bermain
sangat keras!” ujar Stevan.
“Ya
benar apa yang dikatakan rekanmu” ujar salah satu official team juga.
“Tapi
ada benarnya juga perkataan Evans tadi, bahwa kehadiranku di tim ini memang
tidak terlalu dibutuhkan, akupun hanya dimainkan sebagai cadangan, dan akupun
hanya bisa bermain 3 kali hingga saat ini. Memang tanpaku juga tim ini
merupakan tim yang sangat kokoh dan sulit untuk dikalahkan.” Jawab Hota dengan
suara yang sangat lemah diiringi tangisan kecil.
“Kawan
janganlah berpikir seperti itu, kondisi kita berbeda sekarang, lawan bermain
sangat kasar sehingga banyak pemain kita yang terpancing emosi oleh permainan
mereka. Ini saatnya kau unjuk kemampuan, pelatih mengharapkanmu kita semuapun
sama, bungkam perkataan Evans dengan kemampuan dan kontribusi yang akan kau
lakukan”.
“Iya
benar apa yang diucapkan oleh Stevan. Ayolah kami sudah susah payah mencarimu
kemana-mana dan ketika sudah ketemu kau malah mau menolak untuk kembali
bergabung, tolonglah hargai usaha kami.” Ujar official tim.
Mendengar
perkataan dan motivasi yang dilontarkan kepadanya, akhirnya Hota pun mau
kembali bergabung bersama mereka semua lagi.
“Hota
dari mana saja kau, sekarang kau akan bermain menggantikan posisi Evans, dan
Evans minta maaflah kepada Hota”. Ujar pelatih tua tersebut.
“Hah?
Posisi saya digantikan oleh dia? Pelatih apa yang sebenarnya kau pikirkan? Kita
sekarang sedang tertinggal jauh, mana mungkin pemain seperti dia bisa mengubah
tim ini” jawab Evans dengan nada geram dan tak percaya.
“Diam
kau Evans, jaga mulutmu atau akan saya laporkan kau kepada pihak sekolah, kita
sekarang hanya perlu pemain yang sabar dan yang mempunyai mental dan semangat
juang yang tinggi dan itu terdapat pada dirimu Hota”.
Hota seakan tak percaya
dengan perkataan sang pelatih. Ia yang hanya dikenal sebagai pemanas bangku
cadangan, sekarang seperti seorang pemain inti kelas atas yang paling
dibutuhkan di tim ini. Tak terasa waktu istirahat telah usai.
Pritt..
prittt (tanda permainan dimulai kembali)
“Ayo
semangat kawan jangan terbawa permainan mereka, buktikan bahwa kita bisa, kejar
selesih kita dengan mereka terlebih dahulu dan balikan keadaannya.” ujar Stevan
seraya menyemangati timnya lagi.
Permainan
pun menjadi stabil kembali ketika Hota bermain dan alangkah kagetnya semuanya
ketika permainan Hota benar benar fantastik dan berbeda seperti biasanya, kini
ia bermain sangat bagus dan banyak berkontribusi bagi team. Ia pun sama sekali
tidak terpancing akan permainan Binusvi yang sangat keras. Kedudukan pun sama
dan waktu menunjukan satu menit lagi.
“Ayo
ayo kita pasti bisa”. Ujar Hota menyemangati rekannya.
Melihat
permainan dari Hota yang sangat bagus dan apik membuat Binusvi berniat untuk mencelakai dia,
dan puncaknya ketika Hota sedang mendrible bola salah seorang pemain Binusvi
dengan perawakan yang besar dan tinggi menerjang Hota dengan body balance nya
dan membuat Hota terpental jauh keluar lapangan layaknya seekor kucing yang
diterjang habis oleh seekor kuda nil.
Melihat
kejadian tersebut sontak membuat para pemain Sigma Tanaka kembali terpancing
emosinya. “Hahah maaf aku sepertinya terlalu keterlaluan.” Ujar seorang pemain
Binusvi
“Hey
apa maksudnya permainan kau ini, mengapa kalian bermain sangat keras dan kasar
terhadap kami.” Cakap Stevan dengan nada yang sanagt keras.
Pritt..
pritt.. Wasit berusaha melerai mereka tapi seperti nihil karena kedua tim
sama-sama sedang berada pada puncak emosinya. Namun …
“Sudah-sudah
kawan lagian aku tak apa-apa, ingat target kita adalah menang bukan berkelahi
di tempat ini”. Celutus Hota dengan maksud melerai teman-temannya. “ Tapi kita
tak terima perlakuan mereka terhadap kita Hota, dari awal mereka bermain keras
dan melegalkan segala cara untuk mereka menang.” Jawab salah seorang pemain
Sigma Tanaka.
“Apa
kalian tidak ingat, kepala sekolah mengancam kita apabila kita tidak menang
beasiswa kita semua akan dicabut oleh beliau. Kalau kalian bermain emosi terus
seperti ini kalian bukan main dengan hati tapi bermain dengan nafsu yang
membuat permainan jadi berantakan, ayolah kita tunjukan kembali permainan tim
kita sesungguhnya.” Ujar Hota dengan napas yang kian melemah dan sedikit
gerangan karena sikutan yang dilakukan pemain lawan masih terasa di dadanya.
“Benar
juga apa yang dikatanmu, mulai sekarang kita harus bermain serius dan tahan
emosi kita.” Ujar Stevan.
“Yaa”
sorak semua pemain sigma tanaka.
Tapi alangkah kagetnya ketika musuh
melakukan lay up dan berhasil memasukan bola kedalam ring. Skor kembali
berbalik 62-64. Semua pemain Sigma Tanaka menjadi lemas dan pasrah seakan ia
tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Waktu demi waktu pun kian berjalan
tak kenal arah. Para pemain sudah terlihat pada puncak staminanya. Hal yang
berat bagi para pemain Sigma Tanaka, mereka mulai lesu dan pasrah akan keadaan,
beasiswa tak sekali terpikirkan oleh mereka lagi karena mereka yakin hari ini
detik ini mereka pasti akan kalah.
“AYOOOO
KITA PASTI BISA!!!!” ujar Hota yang menyemarakan suasana.
Hota pun mengambil inisiatif
penyerangan dengan mendrible bola tapi ketika ia hendak memberikan bola kepada
temannya, semua temannya telah di marking oleh lawan, sejenak ia melihat waktu
yang tersisa tinggal 10 detik lagi, tidak ada pilihan lain selain men-shoting
bola ke ring, keputusan itupun ia ambil dengan sangat percaya.
Dug
dug dug suara jantung yang berdebar debar ketika melihat Hota yang men-shoting
bola, suasana tiba-tiba hening beberapa saat, semua orang terpaku tak berdaaya menantikan hal tersebut dan ternyataa GOOOOOOOLLLLLLLLL,
three point berhasil diperoleh oleh Sigma Tanaka berkat shoting dari Hota.
Pritttt
prittt pritttt…
Pertandinganpun usai dengan
keunggulan Sigma Tanaka atas Binusvi dengan skor 65-64. Semua pemain Sigma
Tanaka bersorak dan merayakan kemenangannya.
“Kami
semua bangga padamu nak.” Cakap pelatih tua. “ Yoshh Hota kau memang anak muda
dengan yang sangat potensial, kau seperti seorang kapten yang bisa membuat para pemain lain menjadi lebih semangat,
sudah selayaknya kau bisa menggantikan posisiku sebagai kapten di tim ini.”
Cakap Stevan.
“Ahh
tidak, kalian semua ini terlalu berlebihan memujiku, aku tak akan bisa seperni
ini tanpa kalian semua. Kalianlah harapanku dan kalianlah semangatku.”
Mendengar para pemain
dan pelatih yang memuji Hota, Evans memilih bungkam dan langsung berlari ke
ruang ganti.
Keesokan harinya di sekolah.
“Hota
kau sangat hebat, tak salah aku mendukungmu” ujar Saori.
“Biasa
saja itu, hanya kebetulan semata”.
Tiba-tiba
terdengar suara pengumuman bahwa akan ada berita terbaru yang akan dipampangkan
di mading sekolah. Semua siswa pun langsung berlari menuju mading sekolah
karena ingin tahu akan ada berita apa. Dan ternyata itu adalah pengumuman
perolehan point dari setiap kelas.
Perolehan
point masing-masing kelas :
Kelas A memperoleh point : 100
point.
Kelas B memperoleh point : 225
point
Kelas C memperoleh point : 125
point
Kelas D memperoleh point : 300
point
“Apa
ini adalah mimpi?” Tanya Hakama seakan tidak percaya.
“Ini
bukan mimpi tapi ini adalah kenyataan” jawab Saori.
“Ini
semua pasti berkatmu Hota, dengan kau kemarin yang bertanding sebagai super sap
menjadikan point kelas kita bertambah dan menjadikan yang tertinggi” lanjut
Saori
“Tidak,
ini bukan karenaku tapi berkat kerjasama kita semua” Ujar Hota.
“Ya
dengan ini kelas kita tidak akan dipandang sebelah lagi” Ujar Hakama.
Tiba –tiba…
“Apa-apaan
ini kelas kita jadi kelas terendah perolehan pointnya” ujar Evans dengan marah.
“Ini
semua pasti gara-gara kau yang kemarin main tidak senonoh dan mengakibatkan
pengurangan point pada kelas kita” ujar salah seorang siswa kelas A.
“Jangan
sok tau kau!!” jawab Evans dengan nada geram.
Akhirnya berkat
perolehan point tersebut membuat kelas D menjadi posisi pertama dan berubah nama
menjadi kelas A dengan perolehan point 300, disusul kelas B yang masih tetap
dengan point 225 dilanjutkan dengan Kelas C juga yang masih tetap dengan point
125 dan kelas A yang turun drastis ke posisi terakhir dan berubah nama menjadi
Kelas D dengan perolehan point 100.
Nah itulah Novel singkat pertamaku, semoga bisa menginspirasi dan membuat pelajaran baru bagi kita semua. Kami tunggu Saran dan Tanggapan kalian juga di kolom komentar ya SobatBahrul. tunggu postingan kami selanjutnya di Blogger Siswa Cerdas...