Rabu, 06 Maret 2019

Novel pendek bag 3


Pritttt prittt….
“Hei Evans berikan bolanya padaku” ucap Stevan.
            Evans pun mengabaikan perkataan Stevan dan dia terus membawa bola. Permainan keras yang dilakukan oleh Binusvi membuat banyak pemain Sigma Tanaka cidera dan menyulut emosi dari Evans.
“Woyy biasa aja dong mainnya”.
            Melihat kejadian tersebut wasit pun melerainya dan memperingati mereka.
Tetapi permainan jadi tidak terkontrol ditambah lagi dengan kalahnya Sigma Tanaka membuat Evans terus membuat fouls, akhirnya ia pun dikenakan hukaman untuk keluar dari lapangan.
Pritt.. Pritt tanda quarter pertama telah usai.
“Pelatih bagaimana ini sekarang keadaan kita sedang terpuruk ditambah lagi Evans yang dikeluarkan oleh wasit” ujar Stevan.
“Mana Hota? Dia satu satunya harapan dari kita, apakah dia sakit?” Tanya pelatih.
“Tadi sedikit ada insiden ketika di kamar ganti, perkataan Evans yang tidak bisa dijaga membuat Hota pergi” jawab Stevan.
“Kurang ajar itu anak”.
            Pelatih meminta official dan Stevan untuk mencari Hota. Akhirnya mereka menemukan Hota yang sedang terduduk termenung.
“Hei Hota ayolah ke lapangan pelatih memanggilmu kawan, team ini sedang membutuhkanmu, banyak pemain yang cidera karena ulah pemain lawan yang bermain sangat keras!” ujar Stevan.
“Ya benar apa yang dikatakan rekanmu” ujar salah satu official team juga.
“Tapi ada benarnya juga perkataan Evans tadi, bahwa kehadiranku di tim ini memang tidak terlalu dibutuhkan, akupun hanya dimainkan sebagai cadangan, dan akupun hanya bisa bermain 3 kali hingga saat ini. Memang tanpaku juga tim ini merupakan tim yang sangat kokoh dan sulit untuk dikalahkan.” Jawab Hota dengan suara yang sangat lemah diiringi tangisan kecil.
“Kawan janganlah berpikir seperti itu, kondisi kita berbeda sekarang, lawan bermain sangat kasar sehingga banyak pemain kita yang terpancing emosi oleh permainan mereka. Ini saatnya kau unjuk kemampuan, pelatih mengharapkanmu kita semuapun sama, bungkam perkataan Evans dengan kemampuan dan kontribusi yang akan kau lakukan”.
“Iya benar apa yang diucapkan oleh Stevan. Ayolah kami sudah susah payah mencarimu kemana-mana dan ketika sudah ketemu kau malah mau menolak untuk kembali bergabung, tolonglah hargai usaha kami.” Ujar official tim.
            Mendengar perkataan dan motivasi yang dilontarkan kepadanya, akhirnya Hota pun mau kembali bergabung bersama mereka semua lagi.
“Hota dari mana saja kau, sekarang kau akan bermain menggantikan posisi Evans, dan Evans minta maaflah kepada Hota”. Ujar pelatih tua tersebut.
“Hah? Posisi saya digantikan oleh dia? Pelatih apa yang sebenarnya kau pikirkan? Kita sekarang sedang tertinggal jauh, mana mungkin pemain seperti dia bisa mengubah tim ini” jawab Evans dengan nada geram dan tak percaya.
“Diam kau Evans, jaga mulutmu atau akan saya laporkan kau kepada pihak sekolah, kita sekarang hanya perlu pemain yang sabar dan yang mempunyai mental dan semangat juang yang tinggi dan itu terdapat pada dirimu Hota”.
Hota seakan tak percaya dengan perkataan sang pelatih. Ia yang hanya dikenal sebagai pemanas bangku cadangan, sekarang seperti seorang pemain inti kelas atas yang paling dibutuhkan di tim ini. Tak terasa waktu istirahat telah usai.
Pritt.. prittt (tanda permainan dimulai kembali)
“Ayo semangat kawan jangan terbawa permainan mereka, buktikan bahwa kita bisa, kejar selesih kita dengan mereka terlebih dahulu dan balikan keadaannya.” ujar Stevan seraya menyemangati timnya lagi.
Permainan pun menjadi stabil kembali ketika Hota bermain dan alangkah kagetnya semuanya ketika permainan Hota benar benar fantastik dan berbeda seperti biasanya, kini ia bermain sangat bagus dan banyak berkontribusi bagi team. Ia pun sama sekali tidak terpancing akan permainan Binusvi yang sangat keras. Kedudukan pun sama dan waktu menunjukan satu menit lagi.
“Ayo ayo kita pasti bisa”. Ujar Hota menyemangati rekannya.
            Melihat permainan dari Hota yang sangat bagus dan apik membuat Binusvi berniat untuk mencelakai dia, dan puncaknya ketika Hota sedang mendrible bola salah seorang pemain Binusvi dengan perawakan yang besar dan tinggi menerjang Hota dengan body balance nya dan membuat Hota terpental jauh keluar lapangan layaknya seekor kucing yang diterjang habis oleh seekor kuda nil.
Melihat kejadian tersebut sontak membuat para pemain Sigma Tanaka kembali terpancing emosinya. “Hahah maaf aku sepertinya terlalu keterlaluan.” Ujar seorang pemain Binusvi
“Hey apa maksudnya permainan kau ini, mengapa kalian bermain sangat keras dan kasar terhadap kami.” Cakap Stevan dengan nada yang sanagt keras.
Pritt.. pritt.. Wasit berusaha melerai mereka tapi seperti nihil karena kedua tim sama-sama sedang berada pada puncak emosinya. Namun …
“Sudah-sudah kawan lagian aku tak apa-apa, ingat target kita adalah menang bukan berkelahi di tempat ini”. Celutus Hota dengan maksud melerai teman-temannya. “ Tapi kita tak terima perlakuan mereka terhadap kita Hota, dari awal mereka bermain keras dan melegalkan segala cara untuk mereka menang.” Jawab salah seorang pemain Sigma Tanaka.
“Apa kalian tidak ingat, kepala sekolah mengancam kita apabila kita tidak menang beasiswa kita semua akan dicabut oleh beliau. Kalau kalian bermain emosi terus seperti ini kalian bukan main dengan hati tapi bermain dengan nafsu yang membuat permainan jadi berantakan, ayolah kita tunjukan kembali permainan tim kita sesungguhnya.” Ujar Hota dengan napas yang kian melemah dan sedikit gerangan karena sikutan yang dilakukan pemain lawan masih terasa di dadanya.
“Benar juga apa yang dikatanmu, mulai sekarang kita harus bermain serius dan tahan emosi kita.” Ujar Stevan.
“Yaa” sorak semua pemain sigma tanaka.
            Tapi alangkah kagetnya ketika musuh melakukan lay up dan berhasil memasukan bola kedalam ring. Skor kembali berbalik 62-64. Semua pemain Sigma Tanaka menjadi lemas dan pasrah seakan ia tidak percaya dengan apa yang terjadi saat ini.
Waktu demi waktu pun kian berjalan tak kenal arah. Para pemain sudah terlihat pada puncak staminanya. Hal yang berat bagi para pemain Sigma Tanaka, mereka mulai lesu dan pasrah akan keadaan, beasiswa tak sekali terpikirkan oleh mereka lagi karena mereka yakin hari ini detik ini mereka pasti akan kalah.
“AYOOOO KITA PASTI BISA!!!!” ujar Hota yang menyemarakan suasana.
            Hota pun mengambil inisiatif penyerangan dengan mendrible bola tapi ketika ia hendak memberikan bola kepada temannya, semua temannya telah di marking oleh lawan, sejenak ia melihat waktu yang tersisa tinggal 10 detik lagi, tidak ada pilihan lain selain men-shoting bola ke ring, keputusan itupun ia ambil dengan sangat percaya.
Dug dug dug suara jantung yang berdebar debar ketika melihat Hota yang men-shoting bola, suasana tiba-tiba hening beberapa saat, semua orang terpaku tak berdaaya menantikan hal tersebut dan ternyataa   GOOOOOOOLLLLLLLLL, three point berhasil diperoleh oleh Sigma Tanaka berkat shoting dari Hota.
Pritttt prittt pritttt…
            Pertandinganpun usai dengan keunggulan Sigma Tanaka atas Binusvi dengan skor 65-64. Semua pemain Sigma Tanaka bersorak dan merayakan kemenangannya.
“Kami semua bangga padamu nak.” Cakap pelatih tua. “ Yoshh Hota kau memang anak muda dengan yang sangat potensial, kau seperti seorang kapten yang bisa membuat  para pemain lain menjadi lebih semangat, sudah selayaknya kau bisa menggantikan posisiku sebagai kapten di tim ini.” Cakap Stevan.
“Ahh tidak, kalian semua ini terlalu berlebihan memujiku, aku tak akan bisa seperni ini tanpa kalian semua. Kalianlah harapanku dan kalianlah semangatku.”
Mendengar para pemain dan pelatih yang memuji Hota, Evans memilih bungkam dan langsung berlari ke ruang ganti.
            Keesokan harinya di sekolah.
“Hota kau sangat hebat, tak salah aku mendukungmu” ujar Saori.
“Biasa saja itu, hanya kebetulan semata”.
Tiba-tiba terdengar suara pengumuman bahwa akan ada berita terbaru yang akan dipampangkan di mading sekolah. Semua siswa pun langsung berlari menuju mading sekolah karena ingin tahu akan ada berita apa. Dan ternyata itu adalah pengumuman perolehan point dari setiap kelas.
 Perolehan point masing-masing kelas :
Kelas A memperoleh point : 100 point.
Kelas B memperoleh point : 225 point
Kelas C memperoleh point : 125 point
Kelas D memperoleh point : 300 point
“Apa ini adalah mimpi?” Tanya Hakama seakan tidak percaya.
“Ini bukan mimpi tapi ini adalah kenyataan” jawab Saori.
“Ini semua pasti berkatmu Hota, dengan kau kemarin yang bertanding sebagai super sap menjadikan point kelas kita bertambah dan menjadikan yang tertinggi” lanjut Saori
“Tidak, ini bukan karenaku tapi berkat kerjasama kita semua” Ujar Hota.
“Ya dengan ini kelas kita tidak akan dipandang sebelah lagi” Ujar Hakama.
Tiba –tiba…
“Apa-apaan ini kelas kita jadi kelas terendah perolehan pointnya” ujar Evans dengan marah.
“Ini semua pasti gara-gara kau yang kemarin main tidak senonoh dan mengakibatkan pengurangan point pada kelas kita” ujar salah seorang siswa   kelas A.
“Jangan sok tau kau!!” jawab Evans dengan nada geram.

Akhirnya berkat perolehan point tersebut membuat kelas D menjadi posisi pertama dan berubah nama menjadi kelas A dengan perolehan point 300, disusul kelas B yang masih tetap dengan point 225 dilanjutkan dengan Kelas C juga yang masih tetap dengan point 125 dan kelas A yang turun drastis ke posisi terakhir dan berubah nama menjadi Kelas D dengan perolehan point 100.


Nah itulah Novel singkat pertamaku, semoga bisa menginspirasi dan membuat pelajaran baru bagi kita semua. Kami tunggu Saran dan Tanggapan kalian juga di kolom komentar ya SobatBahrul. tunggu postingan kami selanjutnya di Blogger Siswa Cerdas...

Sabtu, 02 Maret 2019

Essay Singkat




Mengembalikan Fungsi Trotoar
            Indonesia telah dikenal sebagai Negara dengan masyarakat yang enggan atau malas untuk berjalan kaki. Ada banyak alasan mengenai mengapa Masyarakat lebih memilih naik kendaraan dari pada harus bersusah payah untuk berjalan kaki, salah satunya dalah kondisi trotoar.
            Trotoar merupakan sarana bagi masyarakat khususnya para pejalan kaki, namun entah mengapa sekarang-sekarang ini mulai disalahgunakan oleh beberapa pihak. Beberapa penyalahgunaannya antara lain untuk dipakai lapak berjualan oleh segelintir orang bahkan ada juga yang menjadikan lahan atau tempat parkir kendaraan dan yang cukup sering terjadi adalah digunakan oleh para pengendara sepeda motor untuk menghindari kemacetan dijalanan.

           

           Tentunya hal tersebut membuat masyarakat khusunya para pejalan kaki kurang merasa nyaman dalam berjalan kaki, apalagi ancaman yang mereka hadapi ketika banyak sepeda motor yang masuk kedalam trotoar untuk menghindari macet yang bisa menyebabkan mereka terserempet atau bahkan tertabrak oleh kendaraan sepeda motor tersebut. Ini juga merupakan warning bagi para orang tua untuk lebih mengawasi putra putri mereka ketika berada di trotoar karena tak ayal kejadian tertabraknya anak kecil karena keteledoran para orang tua.
            Tentunya menanggapi hal ini pemerintah tak hanya tinggal diam telah banyak cara dan solusi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah ini. Salah satunya dengan menertibkan para pedagang kaki lima dan kendaraan roda dua yang memasuki trotoar. Tapi masih banyak dari masyarakat yang enggan untuk ditertibkan karena mereka menggap tempat itu sudah menjadi lapak mereka dalam mencari nafkah sehingga sering terjadi baku hantam antara para pedagang kaki lima dengan pihak satpol pp.
            Namun tampaknya upaya tersebut masih belum maksimal. Terbukti dengan masih banyaknya kejadian serupa yang dapat dijumpai oleh kita dibeberapa kota besar bahkan kabupaten hingga desa sekalipun itu, masih banyak penyalahgunaan akan trotoar ini. Sehingga perlu tindakan yang lebih tegas dari pemerintah untuk memberi efek jera bagi orang-orang yang menyalahgunakan fungsi trotoar ini.

Novel Pendek Bag 2


“Wah namamu tertera di team basket Hota, kamu satu-satunya perwakilan dari kelas kita” ujar Hakama.
“Hah, kamu serius?”
“Memangnya aku nampak berbohong kepadamu?”
            Hota pun langsung berlari ke mading dan melihatnya, ternyata benar namanya tertera di team basket Sigma Tanaka. Dan disana tertera pula nama Evans yang sangat suka menyepelekan dia tapi dia tidak menganggapnya terlalu pentinglah. Disanapun tertera bahwa pulang sekolah diharapkan kepada yang namanya tercantum diatas untuk segera berkumpul di lapangan basket.
Kringgg… kringg bunyi bel tanda akhirnya pembelajaran telah usai.
“Saatnya untuk berkumpul dilapangan” ujar Hota sambil membereskan buku-bukunya.
Ternyata lapangan sudah ramai oleh banyak orang yang dari tadi sudah berkumpul menunggu apa yang akan diumumkan disini.
“Berkumpulll” ujar pelatih dengan nada yang keras.
“Selamat karena kalian telah berhasil masuk kedalam team basket Sigma Tanaka, ingat dua minggu kedepan akan ada turnamen se-nasional, saya harap kalian semua bisa buktikan kepada sekolah bahwa kalian bisa, dan membuat nama sekolah kita kembali Berjaya”.
.. …..
            Hari demi haripun berlalu mereka semua berlatih dengan penuh semangat dan serius demi bisa mencapai hasil yang mereka harapkan. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba.
“Kita akan berangkat ke asrama sekarang, namun tadi bapak sekolah menyampaikan apabila kalian gagal menjuarai lomba ini beasiswa kalian semua akan dicabut bahkan kalian bisa langsung dikeluarkan dari sekolah ini” ujar pelatih tersebut.
“Kenapa bisa begitu pak? Jelas itu bisa memberikan beban kepada kita saat bermain” jawab salah satu orang.
“Itu sudah keputusan mutlak kepala sekolah, tidak ada satu orangpun yang bisa merubahnya”.
            Tampak semua pemainpun nampak cemas dan takut, mereka kembali tidak fokus lagi, dipikiran dia hanya terbayang andaikan mereka kalah pasti akan dicabut beasiswanya atau bahkan dikeluarkan dari sekolah tersebut. Tapi hal itu tidak membuat cemas ataupun takut Evans karena dia merupakan seorang dari kalangan konglomerat yang walaupun beasiswa dia dicabut, masih bisa membayar iuran dari sekolah tersebut.
“Sudah-sudah bapak yakin kalian bisa, jangan terlalu dipikirkan cukup optimis dan yakin bahwa kalian bisa, toh kita ini kan merupakan juara bertahan perlombaan tersebut” ujar pelatih.
“Hahaha pasti jelas itu pak, kita semua ini adalah pemain hebat dan sudah ada pengalaman ketika perlombaan tahun lalu, terkecuali si anak baru dari kelas D” jawab Evans yang bermaksud menyindir Hota.
“Ya memang saya anak baru tapi saya yakin bisa berkontribusi banyak bagi team ini”
“Hahah…. Percaya diri sekali kau nak”.
“Sudah-sudah kalian ini satu team jangan terus menerus bertengkar saja, 1 jam lagi waktu kita bertanding jadi harap persiapkan dari sekarang” ujar pelatih memotong pembicaraan mereka.
            Waktu terus berjalan dan akhirnya saat-saat yang ditunggupun telah tiba, ya pertandingan pertama mereka akan dilaksanakan sekarang juga.
“Ayo ayo kita pasti bisa” ujar Evans
“Yaaa.. semangat.. bisa..”
            Hari demi hari serta pertandingan demi pertandingan mereka jalani dengan berhasil. Lega rasanya ketika mereka bertanding tanpa harus memikirkan ancaman dari kepala sekolah. Tak terasa mereka pun berhasil mencapai final perlombaan tersebut dan akan melawan sekolah bisnusvi, sekolah yang terkenal akan kelicikannya dan kecurangannya tapi anehnya banyak prestasi-prestasi yang mereka dapatkan.
“Sebentar lagi pertandingan akan dimulai kalian segera siap-siap” ujar pelatih.
“Siap pak” semuanyapun bersorak dengan sangat semangat”.
            Semua pemain langsung bersiap-siap diruang ganti, keadaan sedang tenang-tenangnya tetapi itu semua berubah ketika …..
“Hoyy kau bocah tengil, sudahlah kau pulang saja, kau pun baru dimainkan 3 kali itupun diturunkan sebagai pemain cadangan, jadi sudahlah kau tidak terlalu berguna di team ini”. Ujar Evans
            Mendengar perkataan tersebut Hota tidak bisa menahan amarahnya lagi, kini ia benar-benar geram akan sifat Evans yang tidak pernah berubah.
“Baik, kalau itu maumu aku akan keluar dari team ini” jawab Hota dengan nada sedikit marah.
            Diapun langsung pergi meninggalkan ruang ganti dan berlari menuju asrama. Dia hanya duduk termenung memikirkan perkataan tersebut dan berkata
“Andai saja aku terlahir dari golongan konglomerat, pasti aku tidak akan bernasib seperti ini”.
….
“Hei Evans jaga mulutmu, dia itu teman kita jangan kau bertingkah seperti itu” ucap Stevan yang merupakan kapten team basket dari kelas B.
“Hahaha tenang saja kawan tanpa diapun kita pasti akan menang,toh dia juga tidak ada gunanya ini”.
“Mulutmu memang harus diberi pelajaran agar kau jera dengan sifatmu”.
            Suasana pun mencekam karena perkelahian mereka, tapi tiba-tiba
“Hei hei apa yang kalian lakukan, tingkah laku kalian itu sangatlah bodoh” ucap pelatih sambil dengan muka masam melihat mereka berengkar.
“Iya pak maaf maaf,tadi saya terpancing emosi oleh sikap dari Evans”.
“Memangnya apa yang kau perbuat Evans” Tanya pelatih.
Namun ketika Evans hendak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pelatih tua tersebut tiba-tiba seseorang datang sambil berkata
“Sigma Tanaka apakah kalian sudah siap? Pertandingan akan segera dimulai, silahkan memasuki lapangan” ujar panitia perlombaan.
“Ya pak kami akan segera kesana” jawab pelatih.
….. ..
                                   Kelanjutanya kembali ya SobatBahrul..