Sabtu, 02 Maret 2019

Novel Pendek Bag 2


“Wah namamu tertera di team basket Hota, kamu satu-satunya perwakilan dari kelas kita” ujar Hakama.
“Hah, kamu serius?”
“Memangnya aku nampak berbohong kepadamu?”
            Hota pun langsung berlari ke mading dan melihatnya, ternyata benar namanya tertera di team basket Sigma Tanaka. Dan disana tertera pula nama Evans yang sangat suka menyepelekan dia tapi dia tidak menganggapnya terlalu pentinglah. Disanapun tertera bahwa pulang sekolah diharapkan kepada yang namanya tercantum diatas untuk segera berkumpul di lapangan basket.
Kringgg… kringg bunyi bel tanda akhirnya pembelajaran telah usai.
“Saatnya untuk berkumpul dilapangan” ujar Hota sambil membereskan buku-bukunya.
Ternyata lapangan sudah ramai oleh banyak orang yang dari tadi sudah berkumpul menunggu apa yang akan diumumkan disini.
“Berkumpulll” ujar pelatih dengan nada yang keras.
“Selamat karena kalian telah berhasil masuk kedalam team basket Sigma Tanaka, ingat dua minggu kedepan akan ada turnamen se-nasional, saya harap kalian semua bisa buktikan kepada sekolah bahwa kalian bisa, dan membuat nama sekolah kita kembali Berjaya”.
.. …..
            Hari demi haripun berlalu mereka semua berlatih dengan penuh semangat dan serius demi bisa mencapai hasil yang mereka harapkan. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu pun telah tiba.
“Kita akan berangkat ke asrama sekarang, namun tadi bapak sekolah menyampaikan apabila kalian gagal menjuarai lomba ini beasiswa kalian semua akan dicabut bahkan kalian bisa langsung dikeluarkan dari sekolah ini” ujar pelatih tersebut.
“Kenapa bisa begitu pak? Jelas itu bisa memberikan beban kepada kita saat bermain” jawab salah satu orang.
“Itu sudah keputusan mutlak kepala sekolah, tidak ada satu orangpun yang bisa merubahnya”.
            Tampak semua pemainpun nampak cemas dan takut, mereka kembali tidak fokus lagi, dipikiran dia hanya terbayang andaikan mereka kalah pasti akan dicabut beasiswanya atau bahkan dikeluarkan dari sekolah tersebut. Tapi hal itu tidak membuat cemas ataupun takut Evans karena dia merupakan seorang dari kalangan konglomerat yang walaupun beasiswa dia dicabut, masih bisa membayar iuran dari sekolah tersebut.
“Sudah-sudah bapak yakin kalian bisa, jangan terlalu dipikirkan cukup optimis dan yakin bahwa kalian bisa, toh kita ini kan merupakan juara bertahan perlombaan tersebut” ujar pelatih.
“Hahaha pasti jelas itu pak, kita semua ini adalah pemain hebat dan sudah ada pengalaman ketika perlombaan tahun lalu, terkecuali si anak baru dari kelas D” jawab Evans yang bermaksud menyindir Hota.
“Ya memang saya anak baru tapi saya yakin bisa berkontribusi banyak bagi team ini”
“Hahah…. Percaya diri sekali kau nak”.
“Sudah-sudah kalian ini satu team jangan terus menerus bertengkar saja, 1 jam lagi waktu kita bertanding jadi harap persiapkan dari sekarang” ujar pelatih memotong pembicaraan mereka.
            Waktu terus berjalan dan akhirnya saat-saat yang ditunggupun telah tiba, ya pertandingan pertama mereka akan dilaksanakan sekarang juga.
“Ayo ayo kita pasti bisa” ujar Evans
“Yaaa.. semangat.. bisa..”
            Hari demi hari serta pertandingan demi pertandingan mereka jalani dengan berhasil. Lega rasanya ketika mereka bertanding tanpa harus memikirkan ancaman dari kepala sekolah. Tak terasa mereka pun berhasil mencapai final perlombaan tersebut dan akan melawan sekolah bisnusvi, sekolah yang terkenal akan kelicikannya dan kecurangannya tapi anehnya banyak prestasi-prestasi yang mereka dapatkan.
“Sebentar lagi pertandingan akan dimulai kalian segera siap-siap” ujar pelatih.
“Siap pak” semuanyapun bersorak dengan sangat semangat”.
            Semua pemain langsung bersiap-siap diruang ganti, keadaan sedang tenang-tenangnya tetapi itu semua berubah ketika …..
“Hoyy kau bocah tengil, sudahlah kau pulang saja, kau pun baru dimainkan 3 kali itupun diturunkan sebagai pemain cadangan, jadi sudahlah kau tidak terlalu berguna di team ini”. Ujar Evans
            Mendengar perkataan tersebut Hota tidak bisa menahan amarahnya lagi, kini ia benar-benar geram akan sifat Evans yang tidak pernah berubah.
“Baik, kalau itu maumu aku akan keluar dari team ini” jawab Hota dengan nada sedikit marah.
            Diapun langsung pergi meninggalkan ruang ganti dan berlari menuju asrama. Dia hanya duduk termenung memikirkan perkataan tersebut dan berkata
“Andai saja aku terlahir dari golongan konglomerat, pasti aku tidak akan bernasib seperti ini”.
….
“Hei Evans jaga mulutmu, dia itu teman kita jangan kau bertingkah seperti itu” ucap Stevan yang merupakan kapten team basket dari kelas B.
“Hahaha tenang saja kawan tanpa diapun kita pasti akan menang,toh dia juga tidak ada gunanya ini”.
“Mulutmu memang harus diberi pelajaran agar kau jera dengan sifatmu”.
            Suasana pun mencekam karena perkelahian mereka, tapi tiba-tiba
“Hei hei apa yang kalian lakukan, tingkah laku kalian itu sangatlah bodoh” ucap pelatih sambil dengan muka masam melihat mereka berengkar.
“Iya pak maaf maaf,tadi saya terpancing emosi oleh sikap dari Evans”.
“Memangnya apa yang kau perbuat Evans” Tanya pelatih.
Namun ketika Evans hendak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pelatih tua tersebut tiba-tiba seseorang datang sambil berkata
“Sigma Tanaka apakah kalian sudah siap? Pertandingan akan segera dimulai, silahkan memasuki lapangan” ujar panitia perlombaan.
“Ya pak kami akan segera kesana” jawab pelatih.
….. ..
                                   Kelanjutanya kembali ya SobatBahrul..

2 komentar: