“Wah
namamu tertera di team basket Hota, kamu satu-satunya perwakilan dari kelas
kita” ujar Hakama.
“Hah,
kamu serius?”
“Memangnya
aku nampak berbohong kepadamu?”
Hota
pun langsung berlari ke mading dan melihatnya, ternyata benar namanya tertera
di team basket Sigma Tanaka. Dan disana tertera pula nama Evans yang sangat
suka menyepelekan dia tapi dia tidak menganggapnya terlalu pentinglah.
Disanapun tertera bahwa pulang sekolah diharapkan kepada yang namanya tercantum
diatas untuk segera berkumpul di lapangan basket.
Kringgg…
kringg bunyi bel tanda akhirnya pembelajaran telah usai.
“Saatnya
untuk berkumpul dilapangan” ujar Hota sambil membereskan buku-bukunya.
Ternyata
lapangan sudah ramai oleh banyak orang yang dari tadi sudah berkumpul menunggu
apa yang akan diumumkan disini.
“Berkumpulll”
ujar pelatih dengan nada yang keras.
“Selamat
karena kalian telah berhasil masuk kedalam team basket Sigma Tanaka, ingat dua
minggu kedepan akan ada turnamen se-nasional, saya harap kalian semua bisa
buktikan kepada sekolah bahwa kalian bisa, dan membuat nama sekolah kita
kembali Berjaya”.
..
…..
Hari
demi haripun berlalu mereka semua berlatih dengan penuh semangat dan serius
demi bisa mencapai hasil yang mereka harapkan. Akhirnya hari yang
ditunggu-tunggu pun telah tiba.
“Kita
akan berangkat ke asrama sekarang, namun tadi bapak sekolah menyampaikan
apabila kalian gagal menjuarai lomba ini beasiswa kalian semua akan dicabut
bahkan kalian bisa langsung dikeluarkan dari sekolah ini” ujar pelatih
tersebut.
“Kenapa
bisa begitu pak? Jelas itu bisa memberikan beban kepada kita saat bermain”
jawab salah satu orang.
“Itu
sudah keputusan mutlak kepala sekolah, tidak ada satu orangpun yang bisa
merubahnya”.
Tampak
semua pemainpun nampak cemas dan takut, mereka kembali tidak fokus lagi,
dipikiran dia hanya terbayang andaikan mereka kalah pasti akan dicabut
beasiswanya atau bahkan dikeluarkan dari sekolah tersebut. Tapi hal itu tidak
membuat cemas ataupun takut Evans karena dia merupakan seorang dari kalangan
konglomerat yang walaupun beasiswa dia dicabut, masih bisa membayar iuran dari
sekolah tersebut.
“Sudah-sudah
bapak yakin kalian bisa, jangan terlalu dipikirkan cukup optimis dan yakin
bahwa kalian bisa, toh kita ini kan merupakan juara bertahan perlombaan
tersebut” ujar pelatih.
“Hahaha
pasti jelas itu pak, kita semua ini adalah pemain hebat dan sudah ada
pengalaman ketika perlombaan tahun lalu, terkecuali si anak baru dari kelas D”
jawab Evans yang bermaksud menyindir Hota.
“Ya
memang saya anak baru tapi saya yakin bisa berkontribusi banyak bagi team ini”
“Hahah….
Percaya diri sekali kau nak”.
“Sudah-sudah
kalian ini satu team jangan terus menerus bertengkar saja, 1 jam lagi waktu
kita bertanding jadi harap persiapkan dari sekarang” ujar pelatih memotong
pembicaraan mereka.
Waktu
terus berjalan dan akhirnya saat-saat yang ditunggupun telah tiba, ya
pertandingan pertama mereka akan dilaksanakan sekarang juga.
“Ayo
ayo kita pasti bisa” ujar Evans
“Yaaa..
semangat.. bisa..”
Hari
demi hari serta pertandingan demi pertandingan mereka jalani dengan berhasil.
Lega rasanya ketika mereka bertanding tanpa harus memikirkan ancaman dari
kepala sekolah. Tak terasa mereka pun berhasil mencapai final perlombaan
tersebut dan akan melawan sekolah bisnusvi, sekolah yang terkenal akan kelicikannya
dan kecurangannya tapi anehnya banyak prestasi-prestasi yang mereka dapatkan.
“Sebentar
lagi pertandingan akan dimulai kalian segera siap-siap” ujar pelatih.
“Siap
pak” semuanyapun bersorak dengan sangat semangat”.
Semua pemain langsung bersiap-siap diruang
ganti, keadaan sedang tenang-tenangnya tetapi itu semua berubah ketika …..
“Hoyy
kau bocah tengil, sudahlah kau pulang saja, kau pun baru dimainkan 3 kali
itupun diturunkan sebagai pemain cadangan, jadi sudahlah kau tidak terlalu
berguna di team ini”. Ujar Evans
Mendengar perkataan tersebut Hota
tidak bisa menahan amarahnya lagi, kini ia benar-benar geram akan sifat Evans
yang tidak pernah berubah.
“Baik,
kalau itu maumu aku akan keluar dari team ini” jawab Hota dengan nada sedikit
marah.
Diapun langsung pergi meninggalkan
ruang ganti dan berlari menuju asrama. Dia hanya duduk termenung memikirkan
perkataan tersebut dan berkata
“Andai
saja aku terlahir dari golongan konglomerat, pasti aku tidak akan bernasib
seperti ini”.
….
“Hei
Evans jaga mulutmu, dia itu teman kita jangan kau bertingkah seperti itu” ucap Stevan
yang merupakan kapten team basket dari kelas B.
“Hahaha
tenang saja kawan tanpa diapun kita pasti akan menang,toh dia juga tidak ada
gunanya ini”.
“Mulutmu
memang harus diberi pelajaran agar kau jera dengan sifatmu”.
Suasana
pun mencekam karena perkelahian mereka, tapi tiba-tiba
“Hei
hei apa yang kalian lakukan, tingkah laku kalian itu sangatlah bodoh” ucap
pelatih sambil dengan muka masam melihat mereka berengkar.
“Iya
pak maaf maaf,tadi saya terpancing emosi oleh sikap dari Evans”.
“Memangnya
apa yang kau perbuat Evans” Tanya pelatih.
Namun ketika Evans hendak
menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh pelatih tua tersebut tiba-tiba
seseorang datang sambil berkata
“Sigma
Tanaka apakah kalian sudah siap? Pertandingan akan segera dimulai, silahkan memasuki
lapangan” ujar panitia perlombaan.
“Ya
pak kami akan segera kesana” jawab pelatih.
…..
..
Kelanjutanya kembali ya SobatBahrul..
Mantul, di tunggu kelanjutannya
BalasHapusPenasaran kelanjutannya👏
BalasHapus