BAB I
ILMU BUDAYA DASAR SEBAGAI SALAH SATU MATA KULIAH
DASAR UMUM
1.1 Pengertian IBD
IBD (Ilmu Budaya Dasar) adalah ilmu pengetahuan yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia serta kebudayaan. Istilah
IBD dikembangkan petama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic
humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the
Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa
latin Humanus yang artinya manusia, budaya, dan halus.
Pengertian Ilmu Budaya Dasar Menurut Ahli
Prof Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan
dalam tiga kelompok besar yaitu:
1. Ilmu-ilmu Alamiah (natural scince)
Ilmu-ilmu alamiah bertujuan
mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk
mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah.
Caranya ialah dengan menentukan hukum yang berlaku mengenai
keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis untuk menentukan suatu
kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan. Atas dasar ini lalu
dibuat prediksi.
2. Ilmu-ilmu Sosial (social scince)
Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji
keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk
mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari
ilmu-ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati
kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia initidak
dapat berubah dari saat ke saat.
3. Pengetahuan Budaya (The Humanities)
Bertujuan untuk memahami dan mencari arti
kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode pengungkapan
peristiwa-peristiwa dan kenyataan kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi
arti. Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang
mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat.
Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah
usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia
dan kebudayaan. Dengan kata
lain IBD menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang
pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan
mahasiswa dalam mengkaji masalah masalah manusia dan kebudayaan.
1.2 Tujuan IBD
Ilmu Budaya Dasar diharapkan dapat memberi
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. IBD sebagai
salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nlai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya, maupun yang
menyangkut dirinya sendiri.
1.3 Ruang Lingkup IBD
1. Hakikat manusia sebagai makhluk berbudaya.
2. Hubungan manusia dengan kebudayaan.
3. Hubungan manusia dengan unsur-unsur
kemanusiaan seperti cinta kasih, keindahan, keadilan, penderitaan, pandangan
hidup, tanggung jawab, kegelisahan, dan harapan.
BAB II
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
2.1
Pengertian Manusia
Terdapat banyak definisi menurut para ahli
ternama tentang manusia namun pengertiannya definisi manusia itu sendiri bisa pahami
secara bahasa bahwa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin),
yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu
menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah
konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus)
atau seorang individu.
Manusia juga dapat diartikan berbeda-beda baik menurut sudut
pandang biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara
campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai Homo
sapiens (Bahasa Latin untuk manusia), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang
dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Beberapa Pengertian Manusia menurut Para Ahli:
- Paula J. C. & Janet W. K.
Menurut Paula J. C.
& Janet W. K. Manusia merupakan makhluk yang terbuka, bebas memilih makna
di dalam setiap situasi, mengemban tanggung jawab atas setiap keputusan, yang
hidup secara berkelanjutan, serta turut menyusun pola hubungan antar sesama dan
unggul multidimensional dengan berbagai kemungkinan.
- Omar Mohammad Al – Toumi Al – Syaibany
Menurut Omar Mohammad Al – Toumi Al –
Syaibany, pengertian manusia adalah
makhluk yang mulia. Masuia merupakan makhluk yang mampu berpikir, dan menusia
merupakan makhluk 3 dimensi (yang terdiri dari badan, ruh, dan kemampuan
berpikir / akal). Manusia di dalam proses tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh
dua faktor utama yaitu faktor keturunan dan faktor lingkungan.
- Kees Bertens
Menurut Kees Bertens,
manusia adalah setiap makhluk yang terdiri dari dua unsur yang satuannya tidak
dapat dinyatakan dalam bentuk apapun.
- Upanisads
Menurut Upanisads,
manusia merupakan sebuah kombinasi dari beberapa unsur kehidupan seperti roh
(atman), pikiran, jiwa, dan prana (tubuh / fisik).
2.2 Pengertian Hakikat Manusia
Hakikat manusia merupakan makhluk yang memiliki 3 unsur yaitu
roh, nafsu dan rasio, dimana roh merupakan simbol kebaikan, nafsu sebagai
simbol keburukan dan penggunaan kedua unsur tersebut kemudian dikontrol dan
dikendalikan oleh rasio/akal (plato).
Hakikat manusia adalah
makhluk yang
memiliki sifat sosial, individualitas, dan
moralitas, yang
mana sifat tersebut menjadi dasar dan
tujuan dari kehidupan manusia yang sewajarnya atau menjadi dasar dan tujuan
setiap orang dan kelompoknya. Dengan keberadaan sifat itu pula maka setiap
manusia akan saling membutuhkan, saling membantu, dan saling
melengkapi dan
juga selalu berinteraksi dengan manusia lain untuk mencapai
tujuan hidupnya, dan interaksi tersebut merupakan wadah untuk pertumbuhan dan
perkembangan kepribadiannya (M.J. Langeveld :1955).
Hakikat manusia adalah keberadaan kontrak sosial dari manusia
itu sendiri, yaitu setiap orang harus menghargai dan menjaga hak orang lain
(Thomas Hobbes).
Hakikat manusia merupakan sosok makhluk sosial yang ditandai
dengan keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Dimana manusia itu sendiri tidak
dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri,sehingga harus saling
menghargai antar sesama dan saling menjaga hak-hak satu sama lain (Tafsir :
2010).
2.3 Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Berikut
beberapa pendapat para ahli:
1. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam
masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
2. Herskovits memandang kebudayaan sebagai
sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang
kemudian disebut sebagai superorganic.
3. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung
keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta
keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual, dan artistik yang menjadi ciri khas suatu
masyarakat.
4. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat.
5. Menurut Selo Soemardjan, dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
6. Menurut M.Selamet Riyadi, Budaya adalah suatu
bentuk rasa cinta dari nenek moyang kita yang diwariskan kepada seluruh
keturunannya
7. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, dan tindakan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dimiliki manusia dengan belajar
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian
bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan, dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang
diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan
benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan
hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang semuanya ditujukan
untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
2.4 Unsur-Unsur Kebudayaan
Ada
beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur
kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
o alat-alat teknologi
o sistem ekonomi
o keluarga
o kekuasaan politik
o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja
sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam
sekelilingnya
o organisasi ekonomi
o alat-alat, dan lembaga-lembaga atau
petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
o organisasi kekuatan (politik)
3.
C. Kluckhohn mengemukakan
ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture)
yaitu:
o bahasa
o sistem pengetahuan
o sistem teknologi, dan peralatan
o sistem kesenian
o sistem mata pencarian hidup
o sistem religi
o sistem kekerabatan, dan organisasi
kemasyarakatan
2.5 Wujud Kebudayaan
Menurut J.J.
Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan
artefak.
·
Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak yaitu tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan, dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.
·
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati, dan didokumentasikan.
·
Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur, dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Sedangkan
menurut Koentjaraningrat, wujud kebudayaan dibagi menjadi nilai
budaya, sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik.
·
Nilai-nilai
Budaya
Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkah lakunya.
Istilah ini, merujuk kepada penyebutan unsur-unsur kebudayaan yang merupakan pusat dari semua unsur yang lain. Nilai-nilai kebudayaan yaitu gagasan-gagasan yang telah dipelajari oleh warga sejak usia dini, sehingga sukar diubah. Gagasan inilah yang kemudian menghasilkan berbagai benda yang diciptakan oleh manusia berdasarkan nilai-nilai, pikiran, dan tingkah lakunya.
·
Sistem
Budaya
Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu.
Dalam wujud ini, kebudayaan bersifat abstrak sehingga hanya dapat diketahui dan dipahami. Kebudayaan dalam wujud ini juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem tertentu.
·
Sistem
Sosial
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.
Sistem sosial merupakan pola-pola tingkah laku manusia yang menggambarkan wujud tingkah laku manusia yang dilakukan berdasarkan sistem. Kebudayaan dalam wujud ini bersifat konkret sehingga dapat diabadikan.
·
Kebudayaan
Fisik
Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain
Kebudayaan fisik ini merupakan wujud terbesar dan juga bersifat konkret. Misalnya bangunan megah seperti candi Borobudur, benda-benda bergerak seperti kapal tangki, komputer, piring, gelas, kancing baju, dan lain-lain
2.6 Orientasi Nilai Budaya
Orientasi nilai budaya
adalah sebuah bentuk konsep yang dimana hidup dalam alam fikiran dan juga lain
sebagainya dari sebagian besar dari warga hingga masyarakat terhadap apa yang
dimana menjadi sangatlah berharga di dalam menjalani hidup.
S istem
nilai budaya dalam masyarakat dimanapun di dunia, secara universal menyangkut
lima masalah pokok kehidupan manusia, yaitu:
1. Hakikat
Hidup Manusia (MM)
2. Hakikat
Karya Manusia (MK)
3. Hakikat
Waktu Manusia (MW)
4. Hakikat
Alam Manusia (MA)
5. Hakikat
Hubungan Manusia (MM)
2.7 Perubahan Kebudayaan
Secara umum perubahan kebudayaan dapat diartikan sebagai
suatu peristiwa pergeseran atau perkembangan unsur-unsur kebudayaan yang
terjadi dalam masyarakat akibat benturan antar unsur yang berbeda sehingga
sampai pada keadaan yang tidak serasi dengan fungsinya bagi kehidupan.
Perubahan kebudayaan
ini mencakup semua aspek mulai dari kesenian, ilmu pengetahuan, filsafat,
teknologi bahkan perubahan ini juga terjadi pada aturan-aturan yang sudah
berlaku. Dimana perubahan kebudayan ini akan terus menerus berlangsung sesuai
dengan dinamika yang terjadi pada masyarakat.
Terjadinya perubahan
kebudayaan ini ditandai dengan budaya lama masyarakat yang dianggap tidak lagi
sesuai dengan perkembangan zaman sehingga dibentuk kesatuan buadaya baru yang
dianggap lebih sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman.
Bentuk-bentuk Perubahan Kebudayaan dari
Berbagai Segi. Berdasarkan dari peristiwa
perubahan kebudayaan yanng terjadi dalam masyarakat, maka ada beberapa bentuk
perubahannya. Diantara bentuk perubahan kebudayaan terjadi tersebut adalah:
1.
Perubahan Kebudayaan dari Segi Waktu
Kalau dilihat berdasarkan waktu, perubahan
kebudayaan dapat terjadi melalui dua cara yakni, evolusi dan revolusi.
a.
Evolusi atau Perubahan Kebudayaan Secara Lambat
Perubahan
kebudayaan evolusi merupakan suatu perubahan kebudayaan yang terjadi dalam
skala kecil secara beruntut dalam waktu yang relatif lama. Perubahan ini
terjadi pada masyarakat dengan sendirinya tanpa ada tekanan. Perubahan ini
merupakan salah satu upaya masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap
perubahan baru yang timbul di masyarakat. Sebagai contoh adalah perubahan
masyarakat tradisional menjadi masyarkat modern.
b. Revolusi atau Perubahan
Kebudayaan Secara Cepat
Perubahan
revolusi dapat diartikan sebagai suatu perubahan kebudayaan yang terjadi pada
sendi-sendi pokok masyarakat secara besar-besaran dan berlangsung pada kurun
waktu yang relatif singkat.
Sebagai contoh fenomena revolusi, dapat
kita lihat peristiwa yang terjadi pada Revolusi Industri di Inggris pada abad
ke 17, Revolusi Pertanian yang terjadi pada abad ke 18 di Inggris, Revolusi
Perancis yang terjadi pada abad ke 18, Revolusi Kemerdekaan negara tercinta
Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
2.
Perubahan Kebudayaan dari Segi Sifat
Dilihat dari sifatnya perubahan kebudayaan
juga dibedakan menjadi dua macam, yakni:
a.
Progersif: merupakan suatu bentuk
perubahan kebudayaan yang mengacu pada arah yang lebik baik atau sempurna.
Dapat dikatakan bahwa progresif ini sebagai gerakan langkah maju dari suatu
kebudayaan.
b.
Regresif: merupakan suatu perubahan
kebudayaan ke arah yang lebih menurun atau suatu gerakan mundur dari sebuah
kebudayaan. Cepat atau lambat, maju atau mundurnya suatu perubahan kebudayaan
yang terjadi pada masyarakat bergantung pada letak kebudayaan itu berada.
Faktor Terjadinya Perubahan Kebudayaan
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu perubahan kebudayaan ini disebabkan oleh:
a.Perubahan
Kebudayaan yang Dikehendaki
Perubahan kebudayaan yang
dikehendaki adalah perubahan yang terjadi karena adanya pihak-pihak yang
merencanakan agar terjadi perubahan kebudayaan pada masyarakat. Pihak yang
merencanakan untuk menghendaki terjadinya perubahan kebudayaan ini disebut
sebagai agent of change.
Agent of change ini adalah pihak atau lembaga
kepercayaan suatu masyarakat seperti pemerintahan. Contoh dari perubahan yang
dikehendaki ini adalah program imunisasi dan program KB.
b. Perubahan Kebudayaan yang
Tidak Dikehendaki
Perubahan Kebudayaan
yang Tidak Dikehendaki merupakan perubahan kebudayaan yang terjadi akibat dari
peristiwa yang tidak terduga atau diluar kendali masyarakat. Biasanya
memberikan dampak gangguan yang menyebabkan masalah pada masyarakat. Sebagai
contoh adalah banjir, gunung meletus dan tanah longsor.
2.8 Kaitan Manusia dan Kebudayaan
Secara sederhana hubungan
antara manusia dan kebudayaan adalah manusia sebagai perilaku kebudayaan,
dan kebudayaan merupakan obyek yang dilaksanakan manusia tetapi apakah
sesederhana itu hubungan keduanya Dalam sosiologi manusia dan kebudayaan
dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda beda
tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, dan
setelah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar
sesuai dengannya. Tampak bahwa keduanya akhinya merupakan satu kesaluan.
Contoh sederhana yang dapat kita lihat adalah hubungan antara manusia
dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu
dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi, maka manusia yang membuatnya
harus patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan & karena
kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup
dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang
membuatnya. Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat
dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan
sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis
ini tercipta melalui tiga tahap yaitu:
1.
Ekstemalisasi, yaitu proses
dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui
ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2.
Obyektivasi, yaitu proses
dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang
terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat
dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan
membentuk perilaku manusia.
3.
Intemalisasi, yaitu
prosesdimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia
mempelajari kembali masyarkatnya sendiri agar dia dapat hidup dengan baik,
sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat. Apabila
manusia melupakan bahwa masyarakat adalahciptaan manusia, dia akan menjadi
tersing atau tealinasi. Manusia dan kebudayaaan, atau manusia dan masyarakat,
oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada
kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal
muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap kebudayaan keduanya harus menyertakan
pembatasan masalah dan waktu agar pengalisaan dapat dilakukan dengan lebih
cermat.
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar